Tak terasa sudah lebih satu semester, sekolah kita tak lagi dimeriahkan oleh suara riuh, kegaduhan dan wajah serius peserta didik belajar. Kelas-kelas tak lagi berpenghuni karena pembelajaran telah dialihkan di rumah masing-masing, bermodalkan gawai dan sambungan internet pembelajaran pun dilakukan secara daring.
Lalu bagaiman proses pembelajaran daring ini berjalan ? tentulah hal ini tergantung kekreatifan para guru yang bersangkutan agar pembelajaran bisa efektif. Tak bisa kita pungkiri keadaan pandemi telah mendorong sebagian para pendidik untuk melek terhadap teknologi komunikasi. Guru ditantang untuk mahir dan mengerti bagaimana menggunakan whatshapp, zoom, youtube, google meet, goole form bahkan aplikasi lainnya untuk memudahka proses pembelajaran.
Siapa yang menduga yang dulunya gawai smartphone, laptop, komputer hanya digunakan sebagai alat bantu tambahan sebagai media belajar sekarang beralih menjadi media utama pembelajaran dimasa pandemi sekarang ini. Keadaan ini seolah menekankan bahwa tak ada gawai maka tak bisa belajar. Tentulah hal ini menjadi momok bahwa ada sebagian siswa yang tak memiliki gawai merasa kesulitan. Keadaan seperti ini tentunya mendorong para guru untuk bersama-sama mencari solusinya, misalnya dengan meminta bantuan temannya atau dengan melakukan belajar secara berkelompok di luar ruangan dan tetap menerapkan protokol kesehatan yang berlaku di saat pandemi sekarang.
Dengan segala kecanggihan smartphone dan kemajuan internet tentu hal ini memudahkan proses pembelajaran. dengan adanya internet kita dapat mencari bahan sebagai sumber belajar. Tapi tak dapat kita pungkiri hal ini tertentu juga berdampak negatif pada anak didik kita. Dengan segala kemudahan tentu akan menyebabkan peserta lebih senang membuka internet dari pada buku-buku pelajaran. Terlebih lagi anak didik lebih senang copy paste jawaban di internet daripada berpikir sendiri sehingga peserta didik sekarang menganggap enteng tugas yang diberikan oleh gurunya.
Pembelajaran secara daring tentu tergantung dengan kouta internet. Banyak orang tua yang belum siap akan pengeluaran tambahan untuk pembelian kouta belajar, beruntung sekarang sudah ada bantuan kouta belajar dari pemerintah. Masalah lainnya adalah tak semua wilayah terjangkau internet, hal ini menjadi masalah ketika ada siswa yang berada di daerah terpencil sehingga proses pembelajaran daring kurang maksimal.
Banyak guru yang mengaku bahwa pembelajaran secara daring tak seefektif pembelajaran secara langsung face to face, misalnya dalam penyampaian materi karena tak semua siswa yang langsung paham ketika materi pelajaran di sampaikan secara daring hal ini karena adanya berpedaan kemampuan anak belajar anak dan gaya belajar tiap anak yang berbeda-beda. Terlebih lagi di rumah membuat motivasi anak belajar cepat turun. Belajar secara daring dirasakan hanya efektif saat pemberian tugas saja.
Berdasarkan permasalahan di atas tentu tingkat keberhasilan pembelajaran secara daring tergantung pada kemampuan guru dalam berinovasi. Guru dituntut untuk kreatif dan selalu memotivasi siswa agar selalu semangat dalam belajar daring.
Semoga keadaan ini cepat berlalu sehingga proses pembelajaran bisa kembali seperti dulu. Sekolah kembali ramai seperti sedia kala.
Baca juga artikel lainnya (klik disini)
0 komentar:
Posting Komentar